Muhammad bin Abdullāh (Arab: محمد بن عبد الله; Transliterasi: Muḥammad;[1]
dieja [mʊħɑmmæd] ( dengarkan); [2][3][4]
(ca. 570/571 Mekkah[مَكَةَ ]/[ مَكَهْ ] – 8 Juni, 632 Medina),[5]
adalah pembawa ajaran Islam,
dan diyakini oleh umat Muslim
sebagai nabi
dan (Rasul)
yang terakhir. Menurut sirah (biografi) yang tercatat tentang
Muhammad, ia disebutkan lahir sekitar 20 April
570/ 571, di Mekkah (Makkah)
dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah
pada usia 63 tahun. Kedua kota tersebut terletak
di daerah Hejaz (Arab Saudi
saat ini). Beliau haram digambarkan dalam bentuk patung ataupun gambar
ilustrasi.
Michael H. Hart
dalam bukunya The 100
menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.
Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih
keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun
kemasyarakatan. Hart mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang
awalnya egoistis, barbar, terbelakang dan terpecah belah oleh sentimen
kesukuan, menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan
kemiliteran dan bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu
merupakan kekuatan militer terdepan di dunia di dalam pertempuran.[6]
"Muhammad" secara bahasa berasal
dari akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa Arab berarti "dia
yang terpuji". Selain itu di dalam salah satu ayat Al-Qur'an[7],
Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti
"terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua
julukan dari suku Quraisy
(suku terbesar di mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amin
yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq
yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya
memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول
الله), kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam
(صلى الله عليه و سلم, yang berarti
"semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya"; sering
disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah namanya.
Muhammad juga mendapatkan julukan Abu
al-Qasim[8]
yang berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak
lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia
dewasa.
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali
ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin
Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar
bin Ma`ad bin Adnan.[9]
Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail
bin Ibrahim,
yaitu keturunan Sam bin
Nuh.[10]
Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal
sebagai Tahun Gajah).
Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga
Adam adalah, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay
bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr
(Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas
bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin
Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim
bin Tarih
(Azar) bin Nahur
bin Saru’
bin Ra’u
bin Falikh
bin Aybir
bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam
bin Nuh
bin Lamikh
bin Mutusyalikh
bin Akhnukh
bin Yarda
bin Mahlil
bin Qinan
bin Yanish bin Syits bin Adam.
Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin
Yasar al-Madani di salah satu riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan
disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat.
Yang dimaksud Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah
Riwayat Kelahiran
Para penulis sirah (biografi)
Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir pada Tahun Gajah,
yaitu tahun 570 M,
yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian
Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling
terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu
pengetahuan. Ayahnya, Abdullah[11],
meninggal dalam perjalanan dagang di Madinah,
yang ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan.
Ia meninggalkan harta lima
ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman
yang kemudian mengasuh Nabi.[10]
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib
(sekarang Madinah)
untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam
perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak
tidak jauh dari Yatsrib,
dan dikuburkan di sana.[9]
Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal,
ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala
kambing-kambingnya di sekitar Mekkah
dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Lebanon,
dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan
sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal,
kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah,
sesuai dengan arahan para Imam
yang merupakan keturunan langsung Muhammad, meyakini bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal;
sedangkan kalangan Sunni
percaya bahwa ia lahir pada hari Senin,
12 Rabiulawal
(2 Agustus
570 M).[10]
Berkenalan dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan
berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri
dan memanah,
begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang.
Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu
pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah
Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar
luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara
barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar
adanya anak muda yang bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan
adalah seorang janda
yang bernama Khadijah.
Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab.
Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai
pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah
memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan
olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika
sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta
kepada Khadijah, mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu
Khadijah telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki
kecantikan yang dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan status janda
yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada
saat itu suku Quraisy
memiliki budaya
yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda.
Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang
yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang
lebih penting.
Memperoleh gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama
kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy
berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad,
Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan penyelesaian adil.
Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang
terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin
yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang
percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan.
Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan
sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi
orang-orang miskin,
janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan
berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah
membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain,
sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang
benar".
Kerasulan
Gua Hira
tempat pertama kali Muhammad memperoleh wahyu.
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat
terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya
yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira'
sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang
kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari
ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab
pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir
dengan mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada
malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat
Jibril
datang dan membacakan surah
pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq.
Muhammad diperintahkan untuk membaca ayat
yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak dengan berkata ia tak bisa
membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi
jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
“
|
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah,
yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)
|
”
|
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari
ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul disampaikan
kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun
3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan
berdasarkan matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali
ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara
bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar
memberinya selimut.
Diriwayatkan pula untuk lebih menenangkan hati
suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya yang juga
seorang Nasrani
yaitu Waraqah bin Naufal. Waraqah banyak mengetahui
nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi.
Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah
dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs
al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan
bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Muhammad menerima ayat-ayat Quran secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Ayat-ayat tersebut diturunkan
berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat
Quran turun disertai oleh Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat).
Ayat-ayat yang turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al
Mushaf yang juga dinamakan Al-
Qurʾān (bacaan).
Sebagian ayat Quran mempunyai tafsir atau
pengertian yang izhar (jelas), terutama ayat-ayat mengenai hukum Islam,
hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan peraturan yang ditetapkan oleh
Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang diturunkan pada
Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu ada interpretasi dan
pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang terkandung di dalamnya,
dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh langsung penerapan ayat-ayat
tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari, sehingga para
pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam berperilaku dan
bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat.
Mendapatkan pengikut
Selama tiga tahun pertama sejak pengangkatannya
sebagai rasul, Muhammad hanya menyebarkan Islam secara terbatas di
kalanganteman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini untuk mencegah timbulnya
reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat itu yang sudah sangat
terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral, yang dalam konteks ini
bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan oleh Muhammad.
Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad pada masa-masa
awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam yang dekat
dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah,
Ali, Zaid bin Haritsah
dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan
secara terbuka agama Islam.
Setelah sekian lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar,
Utsman bin Affan,
Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail yang
kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu
disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau Yang pertama-tama.
Penyebaran Islam
Sekitar tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam
disebarkan secara diam-diam, Muhammad mulai melakukan penyebaran Islam secara
terbuka kepada masyarakat Mekkah, respon yang ia terima sangat keras dan masif,
ini disebabkan karena ajaran Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa
yang sudah menjadi budaya dan pola pikir masyarakat Mekkah saat itu. Pemimpin
Mekkah Abu Jahal
menyatakan bahwa Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup
orang Mekkah, akibat penolakan keras yang datang dari masyarakat jahiliyyah di
Mekkah dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy yang
menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina,
disingkirkan dan dikucilkan dari pergaulan masyarakat Mekkah.
Walau mendapat perlakuan tersebut, ia tetap
mendapatkan pengikut dalam jumlah besar, para pengikutnya ini kemudian
menyebarkan ajarannya melalui perdagangan ke negeri Syam, Persia, dan kawasan
jazirah Arab. Setelah itu, banyak orang yang penasaran dan tertarik kemudian
datang ke Mekkah dan Madinah untuk mendengar langsung dari Muhammad, penampilan
dan kepribadiannya yang sudah terkenal baik memudahkannya untuk mendapat
simpati dan dukungan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini menjadi semakin
mudah ketika Umar bin Khattab dan sejumlah besar tokoh
petinggi suku Quraisy lainnya memutuskan untuk memeluk ajaran islam, meskipun
banyak juga yang menjadi antipati mengingat saat itu sentimen kesukuan sangat
besar di Mekkah dan Medinah. Tercatat pula Muhammad mendapatkan banyak pengikut
dari negeri Farsi (sekarang Iran),
salah satu yang tercatat adalah Salman al-Farisi,
seorang ilmuwan asal Persia yang kemudian menjadi sahabat Muhammad.
Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pemeluk
Islam selama periode ini mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah (pindah)
ke Habsyah
(sekarang Ethiophia). Negus atau raja Habsyah,
memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka
dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib,
kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya
datang ke Mekkah
untuk beziarah ke Bait Allah atau Ka'bah,
mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat
ini sebagai peluang untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang
tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib.
Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk
Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah
menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan
Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari
Yatsrib datang lagi ke Mekkah, mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu
sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum
menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang
orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yastrib dikarenakan situasi di
Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para pemeluk Islam. Muhammad akhirnya
menerima ajakan tersebut dan memutuskan berhijrah ke Yastrib PADA TAHUN 622 M.
Mengetahui bahwa banyak pemeluk Islam berniat
meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan
bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk
mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama
kurang lebih dua bulan ia dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan
serangkaian perjanjian, akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Mekkah ke
Yastrib, yang kemudian setelah kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622
dikenal sebagai Madinah atau Madinatun Nabi (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kekhalifahan)
Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat
di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen
dan Yahudi.
Dalam periode setelah hijrah ke Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian
serangan, teror, ancaman pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa
Mekkah, akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang
saat itu telah bersatu di Madinah.
Penaklukan Mekkah
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Pembebasan Mekkah
Tahun 629 M, tahun ke-8 H setelah hijrah ke
Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan membawa pasukan Muslim
sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud untuk menaklukkan kota Mekkah dan
menyatukan para penduduk kota Mekkah dan madinah. Penguasa Mekkah yang tidak
memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah
tanpa perlawanan, dengan syarat kota Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya.
Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ketika ia kembali, ia
telah berhasil mempersatukan Mekkah dan Madinah, dan lebih luas lagi ia saat
itu telah berhasil menyebarluaskan Islam ke seluruh Jazirah Arab.
Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah
haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian
memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan Islam di kota Mekkah.
Mukjizat
Seperti nabi
dan rasul
sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang
nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah
dikisahkan dalam beberapan kitab suci agama samawi,
dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa di dalam kandungan, masa kecil dan
remaja. Muhammad diyakini diberikan mukjizat
selama kenabiannya.
Umat Muslim meyakini bahwa Mukjizat terbesar
Muhammad adalah Al-Qur'an, yaitu kitab suci umat Islam. Hal ini disebabkan karena
kebudayaan Arab pada masa itu yang masih barbar dan tidak mengenal peradaban,
namun oleh Al-Qur'an hal itu berubah total karena Qur'an membawa banyak
peraturan keras yang menegakkan dasar-dasar nilai budaya baru di dunia Arab
yang sebelumnya tidak berperadaban serta mengeliminasi akar-akar kejahatan
sosial yang mengakar di dunia Arab, serta pada masa yang lebih dekat
mengantarkan pemeluknya meraih tingkat perabadan tertinggi di dunia pada
masanya.
Mukjizat lain yang tercatat dan diyakini secara
luas oleh umat Islam adalah terbelahnya bulan, perjalanan Isra dan Mi'raj
dari Madinah menuju Yerusalem dalam waktu yang sangat singkat. Kemampuan lain yang
dimiliki Muhammad adalah kecerdasan serta kepribadiannya yang banyak dipuji
serta masih menjadi panutan para pemeluk Islam hingga saat ini.
Fisik dan ciri-ciri Muhammad
Sosok Muhammad digambarkan oleh salah satu istinya
Aisyah,
sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta
orang terakhir yang masih hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara
langsung, yaitu Abu Taufik adalah rambut
ikal berwarna sedikit kemerahan[12]
terurai hingga bahu. Kulit putih kemerah-merahan, wajah cenderung bulat dengan
mata hitam dan bulu mata panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang
sekepalan telapak tangannya. Tulang kepala besar dan bahu lebar. Berperawakan
sedang dan atletis. Jemari tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.[13]
Langkahnya cenderung cepat dan tidak pernah
menancapkan kedua telapak kaki dan dengan langkah yang cepat dan pasti.
Muhammad dicirikan sangat unik oleh para sahabatnya[14].
Muhammad digambarkan sebagai orang yang berkulit
putih dan berjenggot hitam dengan uban.[15]
Dalam hadits lain diterangkan mengenai corak fisik
Muhammad, yaitu ia bertubuh sedang, kulitnya berwarna cerah tidak terlalu putih
dan tidak pula hitam. Rambutnya berombak. Ketika Muhammad wafat uban yang
tumbuh di rambut dan janggutnya masih sedikit.[16]
Ali menambahkan bahwa Muhammad memiliki rambut
lurus sedikit berombak. Tidak gemuk dan tidak terlalu besar, berperawak baik
dan tegak. Warna kulit cerah, matanya hitam dengan bulu mata yang panjang.
Persendian tulang yang kuat dada, tangan dan kakinya kekar. Tidak memiliki bulu
yang tebal tetapi hanya tipis dari dada sampai pusarnya. Jika berbicara dengan
seseorang, maka ia akan menghadapkan wajahnya keorang tersebut dengan penuh
perhatian. Di antara bahunya ada tanda kenabian. Muhammad orang yang baik
hatinya dan paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baiknya
keturunan. Siapa saja yang mendekati dan bergaul dengannya maka akan langsung
merasa terhormat, khidmat, menghargai dan mencintainya.[17]
Hidungnya agak melengkung dan mengkilap jika
terkena cahaya serta tampak agak menonjol jika pertama kali melihatnya padahal
sebenarnya tidak. Berjanggut tipis tapi penuh rata sampai pipi. Mulutnya
sedang, giginya putih cemerlang dan agak renggang. Pundaknya bagus dan kokoh,
seperti dicor perak. Anggota tubuh lainnya normal dan proporsional. Dada dan
pinggangnya seimbang dengan ukurannya. Tulang belikatnya cukup lebar, bagian-bagian
tubuhnya tidak tertutup bulu lebat, bersih dan bercahaya. Kecuali bulu halus
yang tumbuh dari dada hingga pusar.
Lengan dan dada bagian atas berbulu. Pergelangan
tangannya cukup panjang, telapak tangannya agak lebar serta tangan dan kakinya
berisi, jari-jari tangan dan kaki cukup langsing. Jika berjalan agak condong
kedepan melangkah dengan anggun serta berjalan dengan cepat dan sering melihat
kebawah dari pada keatas. Jika berhadapan dengan orang maka ia memandang orang
itu dengan penuh perhatian dan tidak pernah melototi seseorang dan pandangannya
menyejukkan. Selalu berjalan agak dibelakang, terutama jika saat melakukan
perjalanan jarak jauh dan ia selalu menyapa orang lain terlebih dahulu.[18]
Dari kisah Jabir bin Samurah
meriwayatkan bahwa Muhammad memiliki mulut yang agak lebar, di matanya terlihat
juga garis-garis merahnya, serta tumitnya langsing. Jabir (ra) juga
meriwayatkan bahwa ia berkesempatan melihat Muhammad di bawah sinar rembulan,
ia juga memperhatikan pula rembulan tersebut, baginya Muhammad lebih indah dari
rembulan tersebut.[19]
Abu Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin Aazib pernah
berkata, bahwa rona Muhammad lebih mirip purnama yang cerah.[20]
Abu Hurairah mengatakan bahwa Muhammad sangatlah rupawan,
seperti dibentuk dari perak. Rambutnya cenderung berombak dan Abu Hurairah belum
pernah melihat orang yang lebih baik dari dan lebih tampan dari Muhammad, rona
mukanya secemerlang matahari dan tidak pernah melihat orang yang secepatnya.
Seolah-olah tanah digulung oleh langkah-langkah Muhammad jika sedang berjalan.
Dikatakan jika Abu Hurairah dan yang lainnya berusaha mengimbangi jalannya
Muhammad dan nampak ia seperti berjalan santai saja.[21]
Jabir bin Abdullah
mengatakan, Muhammad pernah bersabda bahwa ia pernah menyaksikan gambaran
tentang para nabi. Di antaranya adalah Musa berperawakan langsing
seperti orang-orang dari Suku Shannah, dan melihat Isa yang mirip salah
seorang sahabatnya yang bernama Urwah bin Mas’ud dan
ketika melihat Ibrahim
dikatakan sangat mirip dengan dirinya sendiri (Muhammad), kemudian Muhammad
juga mengatakan bahwa ia pernah melihat Malaikat
Jibril
yang mirip dengan Dehya Kalbi.[22]
Said al Jahiri mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Abu Taufik berkata bahwa
pada saat ini tidak ada lagi yang masih hidup orang yang pernah melihat secara
langsung Muhammad kecuali dirinya sendiri dan Muhammad memiliki roman muka
sangat cerah dan perawakanna sangat baik.[23]
Ibnu Abbas mengatakan bahwa gigi depan Muhammad agak renggang
tidak terlalu rapat dan jika bericara nampak putih berkilau.[24][25]
Pernikahan
Selama hidupnya Muhammad menikah dengan 11 atau 13
orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun
ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah
wafat.[26]
Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[27][28]
sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib
pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Khawla binti Hakim
menyarankan kepadanya untuk menikahi Sawda binti Zama (seorang
janda) atau Aisyah
(putri Abu Bakar,
dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad
tercatat menikahi beberapa orang wanita lagi hingga jumlah seluruhnya sekitar
11 orang, dimana sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.
Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa
sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik
(sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat
itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan
dengan perawan).[29]
Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya
bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia [30],
sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing[31][32]
seperti halnya Nabi Musa
yang hanya diutus untuk Bani Israil.
Sedangkan kesamaan ajaran yang dibawa Muhammad
dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan keesaan Tuhan, yaitu
kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah[33].
Referensi
3.
^ berbagai nama Muhammad dalam
bahasa Prancis: "Mahon, Mahomés, Mahun, Mahum, Mahumet"; dalam bahasa
Jerman: "Machmet"; dan dalam bahasa Islandia kuno: "Maúmet"
cf Muhammad, Encyclopedia of Islam
4.
^ The sources frequently say
that, in his youth, he was called by the nickname "Al-Amin" meaning
"Honest, Truthful" cf. Ernst (2004), p. 85.
5.
^ Elizabeth Goldman (1995), p. 63
6.
^ Hart, Michael. 2007. 100
Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam: Karisma Publising Group.
7.
^ Surah As-Saff
(QS 61:6)
8.
^ Dari Anas bin Malik, ia
berkata, "Seseorang memanggil rekannya di perkuburan Baqi' dengan berseru,
'Hai Abul Qasim!' Rasulullah saw. menoleh kepadanya. Ia berkata, 'Wahai
Rasulullah, bukan engkau yang aku maksud. Namun, aku memanggil si Fulan.' Maka
Rasulullah saw. berkata, 'Pakailah namaku tapi jangan pakai kuniyahku',"
(Hadits riwayat Bukhari no. 3537 dan Muslim no. 2131).
9.
^ a
b
Lings, Martin. Muhammad: Kisah Hidup Nabi
berdasarkan Sumber Klasik. Jakarta: Penerbit Serambi, 2002. ISBN 979-3335-16-5
10.
^ a
b
c
Subhani, Ja'far. Ar-Risalah: Sejarah Kehidupan
Rasulullah SAW. Jakarta: Penerbit Lentera, 2002. ISBN 979-8880-13-7
11.
^ Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim bin 'Abd al-Manâf bin Qushay
bin Kilab bin Murrah bin Ka'b.
12.
^ "Sudah jelas aku melihat
Rasulallah mencat rambutnya dengan henna dan itulah sebabnya akupun mencat
rambutku dengan henna." (Hadits riwayat Imam Bukhari,
vol.I no.167, vol.IV no.747 dan vol.VIII no.785).
13.
^ Ali bin Abi Thalib, ia berkata,
"Rasulullah memiliki jari jemari tangan dan kaki yang tebal dan lentik
memanjang." (HR. Ahmad, Al-Mizzi dalam Tandzib Al-Kamal, dan Ibnu Sa'ad)
14.
^ Ali bin Abi Thalib (ra)
meriwayatkan: "Rasulullah (saw) tidaklah tinggi; juga tidak pendek.
Telapak tangan dan kaki beliau padat berisi. Beliau memiliki kepala yang agak
besar dan kuat. Bulu-bulu halus tumbuh di dada beliau dan terus kebawah sampai
pusar. Jika beliau berjalan, melangkahnya seolah-olah seperti turun (meloncat)
dari suatu ketinggian. Saya belum pernah melihat beliau di antara
sahabat-sahabatnya, dan dari antara orang-orang yang datang sesudah (wafatnya)
beliau. (Riwayat dari Ali bin Abi Thalib).
15.
^ Dikisahkan oleh Ismail bin Abi Khalid,
"Aku mendengar Abu Juhaifa berkata,
"Aku melihat sang Nabi dan Al-Hasan bin Ali tampak mirip dia. "Aku
berkata pada Abu Juhaifa, "Coba gambarkan sosok nabi padaku." Dia
berkata, "Dia berkulit putih dan jenggotnya hitam dengan uban putih. Dia
berjanji membei kami 13 ekor unta betina, tapu dia terlanjur mati terlebih
dahulu sebelum kami menerimanya." Hadits riwayat Imam Bukhari,
vol.IV no.744.
16.
^ Anas bin Malik meriwayatkan:
"Rasulullah saw. bertubuh sedang, bercorak kulit cerah, tidak putih sekali
namun tidak pula hitam benar. Rambut beliau dapat dikatakan lurus dan agak berombak.
Allah Ta’ala mengangkat beliau sebagai Nabi ketika berusia empat puluh tahun.
Sesudah itu beliau sempat tinggal di Mekah selama tiga belas tahun. Lalu di
Madinah selama sepuluh tahun. Allah memanggil beliau ke hadirat-Nya pada umur
enam puluh tiga tahun. Saat itu baru sedikit saja uban yang tumbuh di rambut
dan janggut beliau." (Diriwayatkan oleh Anas bin Malik).
17.
^ Ali bin Abi Thalib (ra) juga
meriwayatkan: Rambut Rasulullah lurus dan sedikit berombak. Beliau tidak
berperawakan gemuk dan tidak pula tampak terlalu berat, beliau berperawakan
baik dan tegak. Warna kulit beliau cerah, mata beliau hitam dengan bulu mata
yang panjang. Sendi-sendi tulang beliau kuat dan dada beliau cukup kekar,
demikian pula tangan dan kaki beliau. Badan beliau tidak berbulu tebal, tapi
hanya bulu-bulu tipis dari dada ke bawah sampai di pusar beliau. Jika beliau
sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau akan mengarahkan wajah beliau
ke orang tersebut (penuh perhatian). Di antara tulang belikat beliau “tanda”
kenabian beliau. Beliau adalah orang yang paling baik hati, orang yang paling
jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baik keturunan. Siapa saja yang
mendekati beliau akan langsung merasa hormat dan khidmat. Dan siapa yang
bergaul dengan beliau akan langsung menghargai dan mencintainya. Saya belum
pernah melihat orang lain seperti beliau. (Riwayat dari Ali bin Abi Thalib).
18.
^ Hind bin Abi Halah (ra)
menceritakan sebagai berikut: "Rasulullah (saw) memiliki pribadi mulia dan
diakui sangat agung dalam pandangan orang yang melihatnya. Wajah beliau
bercahaya seterang bulan purnama. Beliau sedikit lebih tinggi dari rata-rata kami
tapi lebih pendek dari orang yang jangkung. Kepala beliau lebih besar dari
rata-rata, dan rambut beliau agak keriting (berombak). Jika dapat dikuakan
(dibelah), maka beliau kuakan, Jika tidak dapat maka beliau biarkan saja. Saat
rambut beliau agak panjang, akan mencapai kuping telinga beliau. Kulit beliau
berwarna cerah dan dahi beliau lebar. Alis mata beliau lengkung hitam dan
tebal, di antara alisnya nampak urat darah halus yang berdenyut bila beliau
emosi atau bergairah. Hidung beliau agak melengkung dan mengkilap jika terkena
cahaya serta tampak agak menonjol jika kita pertama kali melihatnya, padahal
tidak demikian sebenarnya. Beliau berjanggut tipis tapi penuh rata sampai di
pipi. Mulut beliau sedang, gigi beliau putih cemerlang dan agak renggang. Pundak
beliau bagus dan terpasang kokoh, seperti di cor dengan perak. Anggota tubuh
beliau yang lain serba normal dan proporsional. Dada dan pinggang beliau
seimbang ukurannya. Daerah di sekitar tulang belikat beliau cukup lebar, dan
terpasang dengan baik. Bagian-bagian tubuh beliau yang tidak tertutup bulu
lebat satupun nampak bersih dan bercahaya. Kecuali bulu-bulu halus yang tumbuh
dari dada dan tumbuh sampai ke pusar. Lengan dan dada bagian atas beliau
berbulu. Pergelangan tangan beliau cukup panjang, telapak tangan beliau agak
lebar serta baik telapak tangan maupun kaki beliau padat berisi, jari-jari
tangan dan kaki beliau cukup langsing. Telapak kaki beliau cukup lengkungannya
dan atasnya halus serta bagus bentuknya, sehingga saat beliau mencucinya, maka
air akan meluncur dengan cepat ke bawah. Jika beliau berjalan, beliau melangkah
dengan posisi badan agak condong ke depan, tapi beliau melangkah dengan anggun.
Langkah beliau panjang dan cepat serta terlihat seperti turun (loncat) dari
suatu ketinggian. Jika beliau sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau
memandang orang itu dengan penuh perhatian. Pandangan beliau selalu ditundukkan
sesuai aturan (dalam Alquran), dan lebih sering melihat ke bawah dari pada ke
atas. Beliau tidak pernah memelototi seseorang, pandangan mata beliau selalu
menyejukkan. Beliau juga selalu berjalan agak di belakang, terutama saat
melakukan perjalanan jauh dan beliau selalu lebih dulu menyapa orang yang
ditemuinya di jalan." (Hind bin Abi Halah (ra) telah diceritakan oleh Hasan
bin Ali).
19.
^ Rasulullah (saw) memiliki mulut
yang agak lebar, di mata beliau terlihat juga garis-garis merahnya. Dan tumit
beliau langsing. Saya berkesempatan melihat Rasulullah (saw) di bawah sinar
rembulan, san (saya) perhatikan pula rembulan tersebut, bagi saya beliau lebih
indah dari rembulan tersebut." (Diriwayatkan Jabir bin Samurah)
20.
^ “Apakah rona wajah Rasulullah
(saw) cemerlang seperti pedang yang mengkilap?” Ia menjawab “Tidak! tapi lebih
mirip dengan purnama yang cerah.” (Diriwayatkan oleh Abu Ishaq dari Bara’a bin
Aazib).
21.
^ Abu Hurairah (ra) mengemukakan:
"Rasulullah begitu rupawan, seperti beliau dibentuk dari perak. Rambut
beliau cenderung berombak. Abu Hurairah (ra) juga meriwayatkan: Saya belum
pernah melihat orang yang lebih baik dan lebih tampan dari Rasulullah (saw); roman
mukanya secemerlang matahari, juga tidak pernah melihat orang yang secepat
beliau. Seolah-olah bumi ini digulung oleh langkah-langkah beliau ketika sedang
berjalan. Walaupun kami berusaha untuk mengimbangi jalan beliau, tapi beliau
tampaknya seperti berjalan santai saja." (Diriwayatkan oleh Abu Hurairah).
22.
^ Jabir bin Abdullah (ra)
Rasulullah (saw) pernah bersabda: Aku menyaksikan pemandangan (rohani) tentang
para nabi. Di antaranya, Musa (as). Beliau (Musa as) berperawakan langsing
seperti orang-orang dari suku Shannah; dan aku menyaksikan Isa ibnu Maryam (as)
yang mirip dari antara orang yang pernah saya lihat, yaitu Urwah bin Mas’ud
(ra) dan aku melihat Ibrahim (as), beliau sangat mirip dengan sahabatmu ini
(maksudnya diri beliau sendiri), saya juga melihat malaikat Jibril yang mirip
dengan Dehya Kalbi.” (Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah).
23.
^ Said al Jahiri: “Sekarang ini
tidak ada lagi yang tinggal (masih hidup) yang pernah melihat diri Rasulullah,
kecuali saya.” Maka saya (Said ra) berkata padanya: “Gambarkanlah kepadaku.” Ia
menjawab, “Rasulullah (saw) itu roman mukanya sangat cerah dan perawakannya
sangat baik. (Diriwayatkan oleh Said al Jahiri meriwayatkan dari kisah Abu
Taufik).
24.
^ Ibnu Abbas mengatakan:
"Gigi depan Rasulullah (saw) agak renggang (tidak terlalu rapat) dan jika
beliau berbicara tampak putih berkilau." (Diriwaayatkan oleh Ibnu Abbas).
25.
^ Wajah Rasulullah saw, Dr. Sir.
M. Zafrullah Khan, arista, April 1996 hal. 1-5
26.
^ Esposito, John (1998). Islam:
The Straight Path. Oxford University Press. ISBN 0-19-511233-4.
p.18
27.
^ Bullough, Vern; Brenda Shelton,
Sarah Slavin (1998). The Subordinated Sex: A History of Attitudes Toward
Women. University of Georgia Press. ISBN 978-0-8203-2369-5.
p.119
28.
^ Reeves, Minou (2003). Muhammad
in Europe: A Thousand Years of ^ Watt, M. Aisha bint Abi Bakr. Article at
Encyclopaedia of Islam Online. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth,
E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Brill Academic Publishers. ISSN 1573-3912. pp.
16-18
29.
^ (QS. 34 : 28)
33.
Western Myth-Making.
NYU Press. ISBN
978-0-8147-7564-6. p.46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar