A. Pengertian Aliran Murji’ah
Kata murji’ah berasal dari suku
kata bahasa arab “Raja’a” yang berarti “Kembali” dan yang dimaksud adalah
golongan atau aliran yang berpendapat bahwa konsekuensi hukum dari perbuatan
manusia bergantung pada Allah SWT.
B. Awal Munculnya Golongan
Murji'ah
Golongan Murji’ah pertama kali
muncul di Damaskus pada penghujung abad pertama hijriyah. Murji’ah pernah
mengalami kejayaan yang cukup signifikan pada masa Daulah Ummayah, namun
setelah runtuhnya Daulah Ummayah tersebut, golongan Murji’ah ikut redup dan
barangsur – rangsur hilang ditelan zaman, hingga kini aliran tersebut sudah
tidak terdengar lagi, namun sebagian fahamnya masih ada yang di ikuti oleh
sebagian orang, sekalipun bertentangan dengan Al-qur’an dan Sunnah.
C. Ciri-ciri faham Murji'ah
Diantaranya adalah :
- Rukun iman ada dua yaitu : iman kepada Allah dan Iman kepada utusan Allah.
- Orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama ia telah beriman, dan bila meninggal dunia dalam keadaan berdosa tersebut ketentuan tergantung Allah di akhirat kelak.
- Perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apapun terhadap seseorang bila telah beriman. Dalam artian bahwa dosa sebesar apapun tidak dapat mempengaruhi keimanan seseorang dan keimanan tidak dapat pula mempengaruhi dosa. Dosa ya dosa, iman ya iman.
- Perbuatan kebajikan tidak berarti apapun bila dilakukan disaat kafir. Artinya perbuatan tersebut tidak dapat menghapuskan kekafirannya dan bila telah muslim tidak juga bermanfaat, karena melakukannya sebelum masuk Islam.
Golongan murji’ah tidak mau
mengkafirkan orang yang telah masuk Islam, sekalipun orang tersebut dzalim,
berbuat maksiat dll, sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa perbuatan dosa
sebesar apapun tidak mempengaruhi keimanan seseorang selama orang tersebut masih
muslim, kecuali bila orang tesebut telah keluar dari Islam (Murtad) maka telah
berhukum kafir. Aliran Murji’ah juga menganggap bahwa orang yang lahirnya
terlihat atau menampakkan kekufuran, namun bila batinnya tidak, maka orang
tersebut tidak dapat dihukum kafir, sebab penilaian kafir atau tidaknya
seseorang itu tidak dilihat dari segi lahirnya, namun bergantung pada batinnya.
Sebab ketentuan ada pada I’tiqad seseorang dan bukan segi lahiriyahnya.
Aliran Murji’ah ini muncul
sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir
mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana hal itu
dilakukan oleh aliran khawarij . Kaum Murji’ah muncul adanya pertentangan
politik dalam Islam. Dalam suasana demikian, kaum Murji’ah muncul dengan gaya dan corak
tersendiri. Mereka bersikap netral, tidak berkomentar dalam praktek kafir atau
tidak bagi golongan yang bertentangan. Mereka menangguhkan penilaian terhadap
orang–orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu dihadapan Tuhan, karena
halnya Tuhan-lah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang
mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap mukmin dihadapan mereka. Orang
mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap mengakui bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-nya. Dengan kata lain bahwa orang
mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap mengucapkan dua kali
masyahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh karena itu orang tersebut
masih tetap mukmin, bukan kafir. Alasan Murji’ah menganggapnya tetap mukmin,
sebab orang Islam yang berbuat dosa besar tetap mengakui bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah rasulnya.
Dalam bidang aliran teologi
mengenai dosa besar, kaum Murji’ah ini mempunyai pendapat tentang aqidah yang
semacam umum dapat digolongkan kedalam pendapat yang moderat dan ektrim.
1. Golongan yang Ekstrim
Golongan ini dipimpin
Al-Jahamiyah (pengikut jaham ibn Safwan) pahamnya berpendapat, bahwa orang
Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan
tidaklah kafir. Dengan alasan, iman dan kafir bertempat dihati lebih lanjut
umpamanya ia menyembah salib, percaya pada trinitas dan kemudian meninggal,
orang ini tetap mukmin, tidak menjadi kafir. Dan orang tersebut tetap memiliki iman
yang sempurna.
Pengikut Abu Al-Hasan Al-Salihi,
berpendapat bahwa iman adalah mengetahui Tuhan dan kafir adalah tidak tahu pada
Tuhan. Masalah sembahyang tidak merupakan ibadah kepada Allah. Ibadah adalah
iman kepadanya, artinya mengetahui Tuhan.
Al-Baghdadi menerangkan pendapat
Al-Salihiyah bahwa sembahyang , zakat, puasa, dan haji hanya menggambarkan
kepatuhan dan tidak merupakan ibadah kepada Allah. Kesimpulanya ibadah hanyalah
iman.
Al-Yunusiyah berkesimpulan atas
pendapat kaum Murji’ah yang disebut iman adalah mengetahui Tuhan, bahwa
melakukan maksiat atau pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang.
Atas pandangan diatas
.Al-Ubaidiyah berpendapat bahwa jika seseorang mati dalam iman , dosa dan
perbuatan jahat yang dikerjakannya tidak akan merugikan yang bersangkutan.
Adapun Muqatil ibn Sulaiman
mengatakan, perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak merusak iman seseorang,
dan sebaliknya perbuatan baik tidak akan mengubah kedudukan orang musyrik.
2. Golongan Murji'ah Moderat
Golongan ini berpendapat bahwa
orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka. Ia
mendapat hukuman dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya.
Kemungkinana Tuhan akan memberikan ampunan terhadap dosanya. Oleh sebab itu,
golongan ini meyakini bahwa orang tersebut tidak akan masuk neraka selamanya.
Berbeda dengan golongan Mu’tazilah yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar
kekal dineraka memberi nama Murji’ah kepada semua orang yang tidak berpendapat
seperti itu,yaitu selama mereka berpendapat bahwa pendosa tadi tidak kekal
dineraka, walaupun mereka mengatakan bahwa pendosa itu akan disiksa dengan
ukuran tertentu dan mungkin kemudian Allah memaafkannya dan menaunginya dengan
rahmat-Nya. Itulah sebabnya golongan Mu’tazilah menerapkan sifat Murji’ah
kepada beberapa imama mazhab dalam bidang fiqh damn hadist.
Tokoh dari golongan ini antara
lain : Al-Hasan ibn Muhammad ibn Ali ibn Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf,
dan beberapa ahli hadis. Kemudian Abu Hanifah mendefinisikan iman adalah
pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, Tentang rasul – rasulnya. Dan tentang
segala apa yang datang dari Tuhan.
Ada gambaran definisi iman
menurut Abu Hanifah, yaitu iman bagi semua orang Islam adalah sama. Tidak ada
perbedaan antara iman orang Islam yang berdosa besar dan orang Islam yang patuh
menjalan kan perintah – perintah Allah. Dengan demikian, Abu Hanifah
berpendapat bahwa perbuatan tidak penting, tidak dapat diterima.
Ajaran kaum Murji’ah moderat
diatas dapat diterima oleh golongan Ahli sunah wal jamaah dalam Islam. Asy’ari
berpendapat, iman adalah pengakuan dalam hati tentang ke Esaan Tuhan dan
tentang kebenaran Rasul – rasulnya serta apa yang mereka bawa. Sebagai cabang
dari iman adalah mengucapkan dengan lisan dan mengerjakan rukun – rukun Islam.
Bagi orang yang melakukan dosa besar, apabila meninggal tanpa obat, nasibnya
terletak ditangan Tuhan. Kemungkinan Tuhan tidak membari ampun atas dosa –
dosanya dan akan menyiksanya sesuai dengan dosa – dosa yang dibuatnya. Kemudian
dia dimasukkan kedalam surga, karena ia tidak akan mungkin kekal tinggal dalam
neraka.
Keidentikan pendapat yang berasal
dari kaum Murji’ah antara lain :
Pendapat Al-Baghdadi
Beliau berpendapat bahwa iman ada dua macam yaitu :
- Iman yang membuat orang keluar dari golongan kafir dan tidak kekal dalam neraka, yaitu mengakui Tuhan, kitab, rasul, qadar, sifat Tuhan, dan segala keyakinan lain yang diakui dalam syari’at.
- Iman yang mewajibkan adanya keadilan dan melenyapkan nama fasik dari seorang serta melepaskanya dari neraka, yaitu mengerjakan segala yang wajib dan menjauhi segala dosa besar.
DAFTAR PUSTAKA
Sufyan Raji Abdullah Muhammad, Lc.mengenal aliran Islam.2003. Pustaka al-Riyadl. Jakarta
Ahmad Muhammad. Tauhid Ilmu Kalam. 1998. Pustaka Setia. Bandung
Zahra Imam Muhammad Abu. Aliran Politik dan Akidah .1996. Logos. Jakarta Selatan.
Nata Abudin, M.A. Ilmu Kalam, Filsafat, Tasawuf. 1993. Raja Wali Pers. Jakarta Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar